Selasa, 28 Juli 2009

Interview...

images5

Payah bener... Rencananya mau interview calon karyawan. Udah pake rapi-rapi, pasang sikap profesional... eh...

Yang datang pertama udah kayak tante-tante, gak pake surat lamaran lagi. Pakaiannya seadanya. Katanya kalo diterima syukur, kalo gak ya gak pa-pa... Ya wes deh Mbak, kalo gak pa-pa pulang aja deh...

Next!

Yang datang kedua belom apa-apa udah down sendiri.

" Saya cuman lulusan es-em-pe."

Gue besarin hatinya, " Oh, gak pa-pa. Pernah kerja di mana?"

Dia terdiam sebentar trus menggeleng. " Gak pernah..."

"Lho, trus kamu bisanya apa?"

"Saya....nggg...." Bingung sendiri. (_ _")

Mau jual kemampuan kok kagak tau bisa apa? Jadi gue bayar untuk apa, coba? Heran ya, masih ada aja orang-orang yang seperti ini di jaman begini? Udah tau persaingan ketat, hidup itu keras, harusnya punya pribadi yang lebih kuat juga dong. Paling tidak perlihatkan kepercayaan diri. Jangan cuman pasrah pada nasib. Masa bilang, kalo diterima syukur, kalo gak ya gak pa-pa...

Hhhhh....

Ada lagi yang waktu gue nanya, " Kamu sebenarnya mau melamar posisi apa?"

Dengan semangat 45 dia menjawab, " Apa aja, Bu. Saya bisa bersih-bersih, bisa ngangkat-ngangkat. Tenaga saya lumayan. Lagi dulu saya sering bantu Bapak nyangkul di sawah..."

OMG! Padahal gue tuh pasang lamaran, Di cari karyawan/karyawati berpengalaman dalam bidang marketing. Ada yang salah yak, ama konsep lamaran yang gue pasang? Kok yang dateng malah nawarin diri jadi PRT?

Semangatnya sih bagus, tapi tetap aja salah jalur. Kalo pas ikut interview calon PRT mungkin dia bakal masuk nominasi. Lha, yang dicari ini marketing, kok jual otot?

Apa karena pake aji mumpung aja? Mumpung ada yang pasang lamaran, datang aja coba adu nasib? Atau karena memang banyak yang sekarang hopeless nyari kerjaan tapi gak punya pendidikan dan pengalaman?

Sebenarnya untuk jadi seorang marketing gak terlalu dipentingkan pendidikan yang tinggi. Btw, minimal es-em-pe atau bisa baca n tulis n tahu bahasa Indo yang baik dan benar kali... Itu menurut gue. Trus yang penting punya pengalaman, mau belajar, jago dalam berbicara serta berinteraksi dengan orang-orang. Soal product knowledge, itu kan bisa di-training kemudian. Yah, paling tidak waktu proses interview orang itu bisa nunjukin kepercayaan diri yang baik dan juga tentu saja IQ-nya ga jongkok. Artinya ya kalo ditanya sesuatu, jawabannya mesti nyambung dong. Soalnya banyak Boss yang lebih cenderung menilai calon karyawannya dari pribadi n sikap di samping membaca surat lamaran, CV dan berbagai ijazah serta nilai yang tertera di dalam. Kecuali memang kalo posisi yang ditawarkan itu adalah posisi yang men-syaratkan keterampilan di bidang ilmu tertentu. Misalnya butuh yang ngurusin keuangan, ya paling tidak harus punya ilmu akuntansi. Atau manajer, ya yang pernah belajar ilmu manajemen, jadi tahu bagaimana me-manage orang atau keuangan...

Kesannya, banyak yang gak pede waktu interview. Itu mungkin yang bikin para Boss semau gue masang harga/gaji. Lho, dia kan yang butuh... Nah, itu dia letak kesalahannya. Paling ga, sadari dulu kemampuan yang diri punyai apa, trus bikinlah standar harga dirimu sendiri. Tapi ya pasang harga juga harus sesuai dengan kualitas. Jangan akhirnya setelah dua tiga bulan masa percobaan, malah dapet surat pemecatan gara-gara si Boss ngerasa ga worth it ngebayar angka yang dipasang di awal.

Trus kalo yang merasa belum punya kemampuan? Nggg... apa yak?? Belajar n nyari pengalaman dulu kali sebelum maju ngelamar...

Jadi, gue pikir kalo banyak yang ngeluh, " Gaji gue rendah banget. Bos gue pelit." Mungkin itu benar, boss-nya pelit n perikemanusiaannya kurang. Tapi, orang itu juga harusnya punya andil dalam menciptakan hal tersebut. Mungkin saat interview Boss-nya uda bisa ngebaca ketidakpedean orang itu. Lagian, lho kenapa masih mau kerja ama dia kalo ngerasa dibayar gak pantas? Ayo, dong cabut aja! Kalo memang kamu memang harusnya lebih berharga, ayo tunjukkin dengan tegas dan sikap percaya diri! Soalnya orang-orang yang punya kualitas pribadi yang kuat itu selalu dicari dan dibutuhkan. Ingat itu!

(Sepenggal kisah dari taon 2007 ketika gue interview orang-orang. Kemaren ngobok-ngobok kertas-kertas lama n nemuin catatan ini. Semoga bermanfaat... :-D )

Photo Link: http://www.csd.uwa.edu.au/job/guide/section4.gif

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya