Selasa, 18 Mei 2010

Masih Tentang Dirimu, Sunny...


Hari ini aku melihat sesuatu yang mengingatkan diriku akan dirimu. Hhhh... Mengapa masih juga terasa sesak dada ini setiap kali ingatan akan dirimu singgah? Padahal sudah kucoba berulangkali melepaskan rasa ini, menggantikannya dengan rasa bahagia. Karena harusnya kau menjadi bahagiaku. Harusnya... Hanya saja tak pernah menjadi indah cerita yang kita punya. Aku di sini, sendiri, tanpamu. Dan kau di sana, tanpaku. Meski aku selalu mencoba meyakinkan diri bahwa kau di sana baik-baik saja dan selalu tersenyum.

Benarkah kau baik-baik saja? Aku tak tahu. Tak pernah benar-benar bisa tahu. Dan tak pernah benar-benar bisa meyakinkan diriku ini. Terkadang merasa harap ini hanya menjadi sebuah alasan untuk menghibur diri sendiri. Sebuah cara untuk tetap bisa melanjutkan napas sementara ingatan tentangmu tak pernah akan pupus.

Bila kukatakan sekali lagi kata maaf, apakah akan ada perbedaannya? Bila airmata ini kembali menetes dengan segenap kejujuran jiwa, apakah akan kau terima sesalku? Seandainya bisa kutebus salah dan sesalku ini... Berharap bahwa masih ada satu kali saja kesempatan diberikan oleh takdir. Walau aku pun tahu harapku ini tak akan pernah jadi nyata.

Masih tentangmu. Selalu tentangmu. Akan kuhabiskan hidup ini dengan sebuah cerita pahit tentangmu. Menemaniku. Menemani langkahku yang seringkali masih terpuruk, tak pernah menjadi benar-benar kuat. Tapi tak akan kusesali sedikitpun semua ini. Karena semua ini tidaklah sebanding dengan apa yang telah kulakukan padamu. Biarlah kuresapi rasa tak damai ini. Bila itu memang harus kulakukan untuk penebusan diriku.

Sunny,
Seandainya esok aku masih diberi kesempatan merasakan hangatnya mentari sekali lagi, aku tahu aku masih tak akan menemukan nyata dirimu di sini, di sisiku. Hanya tertinggal sebuah ingatan dan bayangan yang tak pernah menjadi utuh. Namun, aku akan selalu menemukanmu ada di sana. Di bayang mentari itu. Sehangat mentari itu. Seindah dirinya. Karena selamanya kau adalah mentariku. Selamanya kau adalah Sunny-ku...

Photo Link: Google, http://www.google.co.id/imglanding?q=sun photos&imgurl=

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya