
Pagi ini aku bangun dan mengingat dirimu. Tiba-tiba ada rasa rindu yang tak bisa kuenyahkan. Lalu kuputuskan untuk menulis sebuah surat untukmu.
Hai, apa kabar? Lama tak ada berita darimu. Baik-baik saja? Semoga. Aku di sini baik-baik saja. Hanya saja aku tiba-tiba ingat padamu. Entah mengapa, aku tak tahu. Mungkin aku rindu padamu...
Tak sadar jariku menekan tombol delete, menghapus semua kalimat yang telah kutulis. Terlalu jujur... Bukan. Terlalu murah? Bukan... Sebenarnya aku tiba-tiba merasa takut memikirkan apa reaksimu ketika kau membaca kalimat-kalimatku itu. Takut bila kau tak senang akan kerinduanku. Takut bila ternyata kau salah mengartikan kalimat-kalimat jujurku. Dan kemudian kau akan salah paham, menghindariku dan akhirnya bukan kerinduanku yang akan terbalas.
Hey! Aneh... Padahal biasanya aku menyuratimu langsung tanpa pernah berpikir apa-apa. Biasanya kalimat-kalimatku mengalir begitu saja tanpa pernah aku pertanyakan sendiri. Lalu, mengapa hari ini berbeda?
Mungkin sebaiknya aku meneleponmu langsung. Bisa langsung mendengar suaramu dan juga bisa bercanda denganmu. Bukankah kita sering saling bercanda lewat telepon? Bukan sesuatu yang luar biasa, bukan? Tidak ada yang aneh bila saat ini aku meneleponmu, bukan? Ya, ide yang bagus. Kuraih telepon dan menekan nomor teleponmu yang sudah kuhapal di luar kepala.
Tut.....
Kira-kira kau sedang apa, ya?
Tut....
Kira-kira kau akan senang tidak mendapat telepon dariku?
Tut....
Tunggu! Apa yang harus kukatakan padamu? Hai, apa kabar? Baik. Ada apa? Ngg... tidak apa-apa, aku hanya ingin mendengar suaramu....
Tak sadar kutekan tombol off, mematikan sambungan telepon. Belum apa-apa aku sudah paranoid sendiri. Belum apa-apa keringat dingin sudah membasahi keningku. Dan jariku gemetar. Dan dadaku, di dalam sana seperti ada ribuan drum, terdengar pukulan bertalu-talu...
Ya ampun, ada apa ini? Aku tiba-tiba bukan diriku lagi. Lihat! Semua rasaku tak dapat kuatur lagi. Bahkan gerakan dari tubuhku juga tak dapat kukendalikan lagi. Seakan tubuhku juga bukan lagi milikku. Hanya karena sebuah ingatan padamu... Begitu hebatkah dirimu padaku? Seakan aku ini sebuah robot yang bisa kau kendalikan dari tempat yang jauh. Ataukah karena aku sendiri yang merelakan alat pengendali diriku padamu? Begitu bodohkah diriku? Tidak. Aku tidak bodoh, tapi mengapa aku merasa menjadi bodoh hari ini?
Entahlah... Aku tak tahu. Aku sendiri tak mengerti. Aku hanya ingin rasa ini cepat-cepat berlalu. Aku hanya ingin bisa mengenyahkan semua bayanganmu yang terus menguntit langkahku. Rindu ini bukan sesuatu yang manis lagi, yang bisa kunikmati pelan-pelan. Rindu ini mulai mematikan semua akal sehatku dan menjadikanku lumpuh tak berdaya. Aku ingin bebas menjadi diriku lagi. Diriku yang kemarin bahagia dan damai tanpa rasa ini...
Photo Link: http://i.mynicespace.com/297/29775.jpg