
Aku tahu dia masih ada. Tapi di mana? Kucari dan kucari. Harusnya ada di sini. Bersembunyikah dia? Mungkin dia tengah memeluk sepi di sudut gelap itu, seperti yang kadang-kadang dilakukannya ketika dia tengah bersedih. Kusingkap tirai hati, berharap menemukannya di sana. Tapi sudut itu kosong. Bahkan sepi juga sedang pergi, seakan tak ingin memeluk hampa sendirian.
Dinding putih di hadapanku ikut bungkam. Polos, kosong. Seakan ikut mengacuhkanku. Hanya hening yang tinggal. Tapi hening ini bukan hening damai. Hening ini kebisuan yang membosankan. Kutajamkan telinga, coba menangkap suara. Biasanya dia sering berdendang kecil. Atau mungkin aku bisa mendengar isakannya. Apapun itu, aku berharap bisa mendengar suara darinya. Tapi meski semua suara lain di sini telah berlari pergi, aku tak mampu menemukan suaranya. Membuat kerinduanku semakin menggila. Apakah dia tengah membisu? Tapi mengapa?
Mungkin dia sedang meragukan keseriusanku untuk bertemu dengannya. Kupejamkan mata, membaur dengan hening. Kulapangkan hati dan kutenangkan pikiran. Kupusatkan tarikan napasku, menyebut namanya tanpa suara. Kubayangkan sosoknya, utuh dan jelas. Seindah tampaknya, berpendar dalam cahaya yang dulu selalu menyelimutiku dengan kehangatan. Biar aku melihatmu. Biar aku mendengarmu. Datanglah dan duduk di sini bersamaku. Aku membutuhkanmu...
Tapi semua sia-sia saja. Di mana dia? Mungkinkah dia tengah tertidur lelap? Namun mengapa tarikan napasnya pun tak bisa kudengar? Ataukah dia telah pergi selamanya? Tidak. Dia masih ada. Aku tahu itu. Hanya saja aku tak bisa menemukannya. Ataukah dia sedang tak ingin ditemukan? Tapi mengapa? Apakah dia telah begitu membenciku? Tak ingin lagi melihatku? Tapi apa yang telah kulakukan padanya?
Kupanggil dia lagi. Kali ini dengan suaraku. Bukan hanya dengan hatiku saja. Berharap kali ini kesungguhanku akan membawa hasil. Namun hanya udara kosong yang memantul kembali. Kukeraskan suaraku. Mungkin tadi dia tak mendengar. Tapi masih, tak ada balasan. Kuteriakkan namanya dalam kekesalan dan putus asa. Ayolah! Aku sedang menunggumu di sini. Harusnya kau tahu. Harusnya kau bisa mendengarku. Tapi tetap... Detik demi detik berlalu begitu saja. Tak ada sahutan. Kutarik napas dengan sisa asa. Kuhembuskan bersama tetesan airmata. Kubiarkan sedih akhirnya masuk menyusupi hatiku. Sesulit inikah untuk menemukanmu?
Kau ke mana? Apa yang tengah kau lakukan? Mengapa tak juga kembali? Aku perlu untuk berbicara denganmu. Karena aku mulai panik dengan kekosongan ini. Dan selamanya diri ini tak pernah lengkap tanpa dirimu. Aku adalah kau. Dan kau adalah aku. Selamanya kita harus bersama, kecuali takdir dan maut telah bertitah dan kita harus memisahkan diri. Namun kini di dunia fana ini, aku di sini sendiri, tanpa dirimu. Hanya sebagai raga tak bernyawa. Bagaimana mungkin mampu hidup lagi dengan sempurna? Di manakah kau, wahai Aku?
Photo Link: http://www.google.co.id