Minggu, 27 Juni 2010

Mawarku...


Mawarku mekar
Oh indahnya...
Seperti wanita dibalut sutera
Tak lepas mata mengaguminya

Belum puas lagi hati ini
Kutemukan kelopaknya menguning
Aku resah
Berbisik padanya, Jangan layu Sayang...

Kelopaknya jatuh perlahan
Di tanah merah yang basah
Sungguh kasihan
Dia tak lagi secantik kemarin

Tak rela hati ini
Bolehkah temani aku sebentar lagi?
Kelopaknya jatuh satu persatu
Dalam kebisuan mengajarkanku tentang hidup

Bukankah hidup pun seperti itu?
Mekar pada waktu tertentu
Dan kemudian layu ketika masa telah tiba
Hakikat alam yang tak bisa kau ubah

Akhirnya kurelakan mawarku pergi
Kupotong tangkai yang telah layu
Dia menatapku dan tersenyum
Jangan sedih Sayang, hidup ini terus berputar...

Mawarku berbicara tentang dirinya dan hidup
Harus kupotong saat waktunya telah tiba
Jangan ada sesal dan sedih
Dia telah berjanji akan selalu mekar kembali

Alam telah membuat aturannya
Dan aku hanya perlu belajar menerima
Kapan mawarku harus kurelakan
Kapan bagian dari hidupku harus kututup

Dan seperti janji alam padaku
Mawarku akan tumbuh dan mekar kembali
Begitupun dengan hidupku akan indah kembali
Bila saatnya telah tiba nanti...

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya