
Belakangan ini aku sering tertinggal dengan sang waktu. Tak lagi melihat wajahnya dengan jelas. Seperti hari ini, ketika aku tiba-tiba teringat padamu. Dan saat aku menoleh pada sang waktu, aku tersadar. Besok...
Selama ini aku telah meninggalkan semua ingatan tentangmu di belakang sana. Dan kudirikan sebuah tembok yang tinggi, agar aku tak bisa melihatmu lagi. Bila sepotong ingatanku masih juga berkeras menoleh, aku katakan padanya, sudah tak perlu kau pikirkan lagi...
Ya, waktu dan jarak telah membawa dirimu jauh. Tak terjangkau lagi olehku. Meski terkadang rasanya tak pernah ingin diri ini menjangkaumu lagi. Bukan karena aku telah kehilangan rasa itu. Tidak. Hanya saja terlalu banyak rasa sakit di sini. Rasa sakit yang tak ingin kuulang lagi, menyayat dan merobekkan hati. Karena kau tak pernah bisa kugapai meski jarak hanya setipis benang...
Menyedihkan memang... Yah, setelah tahun berganti tahun, aku masih juga menangis ketika memikirkanmu. Memikirkan semua yang terjadi di antara kita. Masih terus bertanya pada diri sendiri, apa yang salah? Mengapa niat hati tak pernah cukup? Mengapa kata cinta itu sendiri tak pernah bisa menunjukkan wajahnya saat kita bersama? Bahkan masih ada sepotong rasa bersalah yang tertanam di sini, tak pernah bisa kucabut dan kubuang. Mungkin aku tak pernah cukup baik untukmu...
Tapi saat itu aku sendiri tak tahu bagaimana caranya agar bisa membuatmu mencintaiku. Mungkin aku terlalu bodoh. Tapi hingga kini pun, aku masih tetap tak juga mampu menyibak misteri tentangmu. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjalan meninggalkanmu dan membawa pergi hatiku yang compang-camping ini.
Aku sering mencoba membayangkan bagaimana rasanya bila tangan kita menyatu dalam genggaman erat. Mungkin akan ada rasa hangat mengalir darimu, menghangatkan hatiku yang terkadang rapuh ini. Atau mungkin genggaman itu akan menguatkan langkahku yang masih sering terseok-seok ini. Tapi sayang, bayangan itu tak pernah mampu menjadi utuh di sini.
Tahukah kau, ada banyak malam ketika aku meringkuk sedih, berharap kau datang, bertanya padaku, ada apa? Atau sekedar mengusap kepalaku dan berbisik, semua akan baik-baik saja. Tahukah kau, ada banyak saat di mana aku begitu berharap kau memelukku dengan erat dan membuatku merasa dicintai olehmu? Seandainya kau tahu...
Aku selalu merasa tak pernah menjadi sempurna di matamu, di antara mereka. Dan seringkali aku berharap melihat kilat bangga di matamu untukku, seperti saat kau melihat mereka. Dan ketika hanya keluhan dan kritikan yang kau hadiahkan padaku, terpuruk aku dalam rasa diri yang tak pernah cukup pantas untuk ada di sisimu.
Dan di sini aku kini, berdiri sendiri pada kakiku yang telah cukup kuat. Namun tak pernah hilang jejak dirimu dari setiap inci tubuhku. Juga dari setiap detik hidupku. Masih ada rasa sedih dan penyesalan yang sama. Juga masih ada kerinduan yang sama. Tak pernah pudar. Tak pernah bisa hilang. Meski terkadang aku ingin mengingkarinya, memalingkan wajahku darinya dan darimu, tetap, kau tak akan pernah bisa tergantikan.
Esok adalah harimu. Ingin kuucapkan selamat untukmu. Kutiupkan kerinduan dan doaku untukmu di sana, dari hatiku yang terdalam. Semoga kau selalu diberkati oleh-Nya di sepanjang hidupmu...
Photo Link: http://www.google.co.id