
Hidup ini mungkin bisa diibaratkan sebagai bingkisan-bingkisan yang dikirimkan untukmu. Ada bingkisan yang berisi tetesan airmata dan ada bingkisan yang berisi senyum dan tawa. Terkadang ketika kau membukanya, kau akan menemukan indahnya bahagia di sana untukmu. Tapi terkadang pula kau hanya menemukan airmatamu di sana. Lalu seringkali kau berpikir untuk menyimpan bingkisan itu, karena rasa sayangmu padanya. Akan manis rasanya. Tapi terkadang pula kau ingin membuangnya, karena tak ingin mengingat tetesan airmata yang telah kau jatuhkan. Tapi selamanya bingkisan-bingkisan itu akan selalu menjadi bagian dari dirimu. Yang tak akan pernah bisa kau lenyapkan atau hadirkan nyata selamanya. Karena waktu terus bergulir, tak pernah mengijinkanmu untuk menghentikannya. Tak peduli betapa besar cintamu padanya atau berapa besar kebencianmu untuknya.
Di sini, aku telah membuka sebagian dari bingkisan-bingkisanku. Dan di sini aku tengah mengenang semua waktu yang telah berlalu. Yang sebagian ingin kubuang dan sebagian lagi ingin kusimpan selamanya. Tapi bukankah tak ada yang abadi? Bukankah kita harus belajar untuk tidak memeluk terlalu erat dan tidak meronta melepaskan sesuatu sebelum waktunya tiba? Bukankah ada masa untuk segalanya?
Ada yang berkata, tertawalah ketika kau menangis. Tertawakan tangisanmu. Mungkin dengan begitu, tawa itu akan membuat tangisanmu menjauh pergi, bukan merajai hatimu. Dan ketika kau bahagia, menangislah. Mungkin dengan begitu, tangisan itu akan membuatmu merasakan syukur yang dalam karena kau masih bisa rasakan bahagia sekali lagi.
Masih banyak bingkisan yang menungguku, yang harus kubuka. Tapi, biarkanlah aku tertawa saat ini, karena aku baru saja membuka bingkisan yang berisi airmata. Biarkan tetesan-tetesan airmataku ini menguap dalam tawaku...
Photo Link: http://www.google.co.id