
Kau pasti pernah terjatuh atau terantuk dan membuat luka kecil pada tubuhmu. Kulitmu sobek dan darah mengalir. Sakit dan perih terasa. Mungkin akan kau balut, mungkin juga tidak. Perbedaannya hanyalah terletak pada cepat atau lamanya penyembuhan, karena bagaimanapun lubang kecil itu akan perlahan-lahan tertutup kembali seiring waktu. Saat luka itu mulai mengering, tercipta lapisan kulit baru di sana. Lagi, seiring waktu kulit itu akan mengeras dan pada akhirnya akan terlepas sendiri, meninggalkan kulitmu dalam keadaan semulus awalnya, tanpa ada bekas luka di sana. Tidak, terkadang mungkin akan ada bekas luka yang tertinggal, tapi bagaimanapun selamanya luka itu telah sembuh.
Pernah kau perhatikan seorang anak kecil yang mengorek-ngorek kulit yang hampir mengering di atas lukanya? Dia seakan tak begitu sabar menunggu lapisan kulit itu terlepas dan jatuh dengan alami. Dan ketika ia berhasil melepas kulit yang setengah mengering itu, kembali luka yang sama masih ada di sana. Kembali basah. Kembali berdarah. Kembali terasa sakit dan perih.
Sama seperti luka hatimu. Sebenarnya bila kau mau memberi kesabaran pada waktu untuk menyembuhkannya, suatu hari nanti pasti luka itu akan sembuh. Mungkin tak berbekas sama sekali. Mungkin juga akan meninggalkan bekas, membuatmu selalu ingat akan penyebab lukamu. Membuatmu selalu ingat akan sakit dan perih ketika luka itu tercipta. Namun, rasa sakit itu hanyalah kenangan akan sakit hari kemarin yang telah berlalu. Tak akan benar-benar membuatmu merasakan sakit dan perih yang sama kembali di saat ini. Rasa itu tak akan pernah benar-benar menjadi nyata kembali.
Tapi apa yang terjadi bila kau tak mau memberi kesabaranmu pada waktu? Ketika sesungguhnya tak pernah ada keikhlasan di sana melepaskan rasa sakitmu? Kau korek kembali luka yang hampir mengering itu. Mungkin karena kau tak punya kesabaran yang cukup untuk menunggunya sembuh. Mungkin juga karena kau benci pada luka itu, ingin menyingkirkannya segera. Mungkin juga karena kau telah terbiasa pada sakit dan perih itu. Telah mencintainya tanpa sadar, telah menjadikan sakitnya sebagai candu diri dan tak mampu hidup tanpanya lagi. Mungkinkah itu? Aku tak tahu. Kau yang tahu jawabnya. Tanyakan pada hatimu yang luka itu.
Mungkin juga karena kau tak pernah rela hatimu terluka. Kau berharap waktu bisa berlari ke belakang, berputar terbalik. Berharap bahwa luka itu tak akan pernah ada, sakit dan perih itu tak ada pernah menjadi rasamu. Karena itu tak pernah terlahir kerelaanmu untuk menerima luka itu sebagai bagian dari hatimu. Kau hanya menuntut kesempurnaan dari sebuah hatimu yang agung. Tapi selamanya waktu berjalan maju. Tak ada tombol untuk menghapus kejadian yang telah terjadi. Tak ada tombol yang bisa kau tekan untuk menghapus luka yang telah tergores.
Mungkin juga karena kau tak sadar bahwa dengan mengoreknya kembali, luka itu tak akan pernah sembuh. Kau korek terus tanpa sadar. Dan akhirnya luka hatimu kembali menganga, kembali berdarah. Dan kembali sakit serta perih itu kau rasakan. Dan setelah berulangkali itu terjadi, kau mulai kehilangan keyakinanmu. Kau berkata, selamanya luka hatimu tak akan tersembuhkan.
Percayakah kau bila kukatakan waktu dapat menyembuhkan luka hatimu? Sebesar apapun luka itu, sedalam apapun ia. Bahkan ketika perihnya pernah terasa seakan ingin merenggut jiwa. Ya, seandainya kau percaya, biarkanlah waktu membantumu. Namun tuangkan kesabaran pada luka itu dan balutlah dengan keikhlasan. Dengan begitu, penyembuhan itu akan datang lebih cepat.
Kita semua pernah jatuh, kita semua pernah terluka. Luka kecil, luka besar. Perihnya, sakitnya, semua pernah kita rasakan. Namun, luka itu akan sembuh atau tidak, semua kembali kepada pilihan diri. Masih inginkah kau rasakan sakit dan perihnya? Bila kau telah bosan dan muak, bila telah cukup untukmu, relakan luka itu untuk sembuh. Selamanya. Karena tak akan ada luka yang tak pernah sembuh. Seperti juga, tak akan pernah ada sakit yang tak akan berakhir. Dan seperti juga, tak akan pernah ada sedih yang tak berujung. Dan ingatlah ini, di ujung sedihmu itulah kau akan temukan bahagia. Akhir sakitmu itu akan menjadi awal senyummu.
Photo Link: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXYhIUQR_t1maz5gGK9nGthD6_Wtl3GLNAwssJ-KDX1bTK3_T_J6Ht3R7CQsQ74M0VOjhDD_cGZAfgjz7x7LsWpGGQuKb-xDL4Q4sJ7q2xbGcYcyD-dZIPtzFwunot6RWbJhU110yPujly/s320/06.jpg