Sabtu, 20 Juni 2009

Dear My Angel

What i've done ?
There are plenty of tears to cry.
Memories of yesterday fill my heart.
Too much sadness and pain
Memories write my life like a book.
Page after page of journeys.
Here I am on humble knee.
I ask you while I pray,
To walk with me today.
Guide me safely as I go,
So when I’m there I’ll know,
I found the one true destiny,
And fill my heart with kindness,
Teach me to listen and really hear.
To speak softly against all fear.
Give me sight that I might see,
All that my life is meant to be.
Bless my heart with your love,
Send it on the wings of a dove.
Give me strength for my weakness.
To leave the sweetest memory,
Of how life’s suppose to be.
For all the things I ask today,
The kindness that you give away,
Tender words you chose to say,
Makes you an Angel’s work of art.

Dear My Angel , Give Me Strength to Face the World

Kamis, 18 Juni 2009

Untukmu, sahabatku...

Membaca ceritamu tadi, sungguh meruntuhkan sisa kebahagiaanku hari ini. Pahit terasa.
Aku tahu itu bukan suara kebencian. Itu suara tangisan jiwamu. Tangisan yang rindu akan cinta. Cinta yang kau impikan tak akan pernah berubah bentuk untuk selamanya. Karena cinta itu pernah menjadi bahagiamu. Kini bahagia itu terasa semakin menjauh. Seakan diterbangkan oleh waktu. Dan kini kau merindunya...

Mencintai seseorang itu memang rumit. Bukan hanya butuh rasa dan semuanya akan berjalan indah seperti katamu dalam cerita cinderella. Sering, keindahan cinta hanya tinggal kenangan ketika dibawa dalam realita. Apalagi bila orang yang kita cintai begitu sulit untuk dicintai... Rasanya ingin memaki, dia yang begitu tak menghargai cinta. Tapi kata hati malah meminta untuk bertahan dan bersabar. Membuat kita bagai pengemis cinta, dalam balutan compang-camping mencoba bertahan demi cinta... Itulah mencintai... Karena mencintai memang tak semudah dicintai...

Menangislah ketika itu terasa sakit. Teteskan airmatamu, karena akupun pernah seperti itu. Rasa itu, sakit itu, semuanya jg pernah jd rasaku. Bebaskan rasa sakitmu, lepaskan... Tapi jangan pernah berputus asa pada cintamu. Selalu, simpan asa-mu di sana, bila cinta itu berharga untukmu. Meski kau terlihat seperti mengemis cinta, kau bukan pengemis. Kebesaran cintamu-lah yang menahanmu di sana, melakukan segala pengorbanan, menjalani semua hinaan... Cinta-mu, cinta yang tulus dari jiwa, yang terindah yang kau punya.

Tapi bila pada akhirnya kau berada di batas akhir dan tak mampu lagi bertahan, jangan menyesali diri tak pantas untuk cinta itu. Karena tak selamanya cinta itu bisa bersama. Tetaplah tegar berjalan. Karena selama napas masih ada, pasti selalu ada cinta untukmu...

Untukmu, sahabatku...
(For very special person: Erka, World loves you...)

Selasa, 16 Juni 2009

The Angels‏...



Seorang teman baru saja menyinggung soal City of Angels... Aneh... Tadi malam aku baru berpikir soal angels... Tampaknya di dunia ini memang ada frekuensi pikiran yang memancarkan getaran ke mana-mana...

Aku terpikir soal Angels, not my name or me... But it's really about angels (malaikat-malaikat).

Seorang teman pernah bercerita padaku tentang malaikat Tuhan yang ada di atas sana. Gabriel, Michael, Rafael dan Lucifer. Cerita yang luar biasa, yang aku pun tak tahu akan kebenaran sejarahnya. Tapi, siapa yang benar-benar tahu? Bukankah banyak bagian sejarah yang tidak memiliki bukti nyata? Dan lagi bukankah iman itu percaya tanpa perlu melihat?

Sosok berjubah putih, berwajah manis, bersayap lembut, dengan lingkaran suci berwarna emas di atas kepala, selalu bercahaya... Gambaran yang sangat memukau. Seandainya saja kita bisa melihatnya dalam kenyataan. Dalam hidup yang terlalu nyata ini. Dengan mata manusiaku yang biasa ini...

Tapi belakangan ini aku baru tersadar, ada banyak malaikat mengelilingiku. Bukan karena aku mulai memiliki mata gaib hingga bisa melihat yang tak dapat dilihat manusia lain. Atau juga karena aku memiliki indra keenam merasakan kehadiran mereka. Tidak... Aku melihat mereka begitu nyata. Dalam wujud yang sempurna. Hanya saja wujud itu berbeda dengan wujud yang ada dalam angan-anganku tentang malaikat. Tak ada jubah putih, tak ada sayap berbulu lembut, tak ada lingkaran suci di kepala... Bahkan harusnya tubuh mereka tidak mengeluarkan cahaya. Tapi aku bisa merasakan cahaya dari mereka. Cahaya yang menerangi langkahku...

Ketika aku jatuh terpuruk dalam lubang, ada malaikat yang datang memapahku. Memberiku senyuman yang menguatkan dan menyemangatiku untuk bangkit dan berjalan lagi. Ketika aku merasa seorang diri di dunia ini, kehilangan cinta dan merasa seakan-akan semua meninggalkanku, ada malaikat yang datang, duduk di sampingku, menegurku dengan salam hangatnya, berbagi rasa denganku dan membagikan cinta yang dimilikinya. Ketika aku berjalan tanpa arah, tak juga menemukan pintu yang terbuka, ada malaikat yang datang menuntunku, mengarahkan cahayanya ke arah yang seharusnya aku tuju, hingga aku tidak lagi berjalan dalam kegelapan dan kebingungan. Dan ketika aku berhasil mencapai sesuatu dalam hidup ini, mereka datang memberikan tepukan dan penghargaan untukku...

My Angels...

Mereka semua ada di sekitarku, berada di antara orang-orang di dunia ini. Kadang aku melupakan kehadiran mereka. Tapi mereka selalu berada di sana dan muncul di saat aku membutuhkan mereka. Bahkan kadang ketika aku tidak mengenali mereka, mereka tetap mengulurkan tangan dan memberikan senyuman yang terindah. Sering, ketika kusambut uluran tangan itu barulah aku mengenali mereka kembali, mengenali malaikat-malaikatku...

Mereka datang dan pergi tanpa tanda apapun. Pernah di saat aku berada sendiri di sebuah tempat yang asing, tak tahu harus kemana berteduh, seorang malaikat yang tak kukenal datang, mengajakku ikut dengannya dan menyediakan sebuah tempat untuk aku beristirahat. Dan setelah itu, ia pun menghilang. Aku bahkan tak pernah sempat berterima kasih padanya. Namun kenangan itu selalu mengikutiku. Kenangan yang selalu membuatku merasa berharga dan dicintai.

Ya, mereka tak memiliki sosok seindah malaikat dalam khayalanku. Bahkan mereka terlalu biasa, sama seperti aku dalam tubuh manusia ini. Karena itulah aku sering tidak menyadari kehadiran mereka. Tapi mereka selalu ada di sekelilingku, selalu menjagaku. Malaikat-malaikat yang berganti rupa setiap waktu. Ada yang pergi namun selalu ada yang baru, datang menggantikan yang pergi. Ada wajah-wajah lama yang begitu familar, tapi ada juga wajah-wajah baru yang asing. Tapi kesamaan dari mereka semua, mereka selalu membagikan cahaya dan cinta.

Hati yang besar dan penuh cinta yang membuat mereka jadi malaikat.

For my angels... thank you...

Photo link:http://s140.photobucket.com/albums/r29/mccurleyq/?action=view&current=Fallen_by_cosmosue.jpg

Minggu, 14 Juni 2009

Begitu sulit untuk mencintaimu...

Kalau aku bisa membuat pilihan saat ini, mempersetankan kata hati dan jiwaku, aku akan memutuskan meninggalkanmu dan melupakan semua tentang kita. Menutup pintu hatiku, mematikan semua rasa dan berpaling darimu ke duniaku yang indah ini, tanpamu. Namun hingga kini, aku tak pernah mampu. Tak pernah tega...

Tahukah kau apa yang kurasakan ini? Aku tak yakin. Bahkan dalam diamku yang telah begitu lama ini, aku tak yakin kau mengerti. Ya, aku banyak berdiam akhir-akhir ini, bukan karena aku membencimu, tapi karena aku menyimpan harapan pada hening. Ketika kata tak cukup lagi untuk mengungkapkan rasa, hanya pada hening berharap bisa menjelaskan kejujuran kalbu. Akankah hening ini sanggup mengetuk hatimu ataukah dia tak akan cukup juga seperti halnya kata?

Seorang teman menertawakanku kemarin. Menertawakan harapanku pada hening. Bagaimana hening mampu menjelaskan di saat kata-katapun tak sanggup? Bila itu benar, lalu apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu mengerti? Aku telah mencoba menjelaskan dalam kalimat-kalimat yang begitu panjang. Yang kuedit berulang-ulang agar menjadi lebih halus, bijak dan mudah untuk dimengerti. Tapi tetap saja, kau bertahan dalam keegoisanmu, tak mau mendengarkanku. Begitu keras, seperti karang yang tak akan pernah mencair.

Aku selalu mengingatkan diriku untuk mencintaimu. Untuk menerimamu apa adanya, dengan semua ketidaksempurnaan yang kau miliki, yang juga terkadang menjadi bagian dari diriku. Mencoba memahamimu harusnya tidak sulit, karena kemarahan dan kekecewaan yang memenuhimu kini juga pernah menemani detik-detik dalam hidupku dulu. Kau adalah sosok rapuh yang selalu butuh dukungan dan pembuktian cinta dari sekitar. Sosok yang selalu menghukum diri sendiri ketika masalah dan kesalahan menyapamu. Yang tak pernah bisa menerima kesalahan diri dan orang lain, yang selalu menuntut kesempurnaan dari ketidaksempurnaan. Dulu aku pun seperti itu, karena aku tak memiliki cinta yang cukup. Namun, kini aku telah menemukannya, cinta itu, cinta yang memenuhi seluruh ruang jiwaku. Yang membuatku tak pernah merasa kekurangan lagi.

Pernah, aku begitu bersemangat mendekatimu. Mencoba masuk ke dalam hidupmu dan coba membagikan cahaya yang kupunya. Berharap agar cahaya itu juga akan menerangi jiwamu dan membuatmu menemukan kembali diri yang hilang. Dan ketika kau menyambutku, membiarkanku masuk, aku sungguh bahagia. Aku sungguh berterimakasih padamu, memberiku kesempatan itu. Kita berbagi banyak hal bersama. Dan lewat hari-hari itu aku berusaha memberimu lebih banyak cinta, agar semua luka dan sakitmu terobati. Agar kau kembali menjadi sosok yang utuh dan tegar. Namun hanya sesaat, sebelum kembali kau mengusirku dan menutup semua celah yang ada. Kembali dalam duniamu yang sempit dan selalu terasa terlalu berat untukmu.

Sempat terpikir olehku untuk menunggu di sini, di depan pintu ini. Aku mengetuk sekali, dua kali. Masih kulihat wajahmu menengok di balik jendela, kemudian jendela itu kembali tertutup. Dan kembali aku menunggu, berkhayal suatu hari nanti pintu itu tiba-tiba terbuka dan kau berdiri di sana dengan tangan yang terkembang, menyambutku. Akankah hari itu ada? Aku tak tahu. Jujur, aku tak pernah yakin...

Seandainya aku bisa menutup cerita ini dan menganggapnya sebagai sepenggal cerita never happy ending story. Atau seandainya kau bukan seseorang yang berarti dalam hidupku, aku akan meng-delete namamu, wajahmu, semua tentangmu dari kisahku, hatiku, hidupku. Seandainya, aku punya kuasa mengubah takdir di antara kita, aku akan melakukannya detik ini juga. Sungguh, aku tak akan berpikir dua kali lagi. Karena aku sungguh lelah dengan perjuangan jiwa ini. Aku sungguh benci dengan keadaan ini. Dan aku sungguh marah padamu, seseorang yang seharusnya tahu akan besar usahaku untuk memperjuangkan cinta ini, hubungan ini. Ketidakpedulianmu, keegoisanmu sungguh tak dapat kuterima dengan lapang dada. Sesak rasanya selalu berusaha menerima. Harusnya kau bisa lebih menghargaiku yang selalu berusaha mencintaimu.

Cinta itu butuh pengertian. Begitupun dengan sebuah hubungan. Butuh pengertian dan kemauan dari kedua belah pihak. Aku tak pernah suka pada cinta tak terbalas. Aku tak pernah bahagia dengan cinta sepihak. Walau aku bilang cintaku ini tanpa syarat. Tapi setidaknya aku butuh engkau menganggukkan kepala, menyetujui aku mencintaimu. Bila anggukan itu pun tak kuperoleh, rasanya aku seperti pengemis di tepi jalan, begitu menyedihkan. Mengemis-ngemis, menunggu dalam harap...Dan aku tak suka rasa ini. Tak pernah ingin rasa ini menghuni hatiku.

Bila suatu hari nanti aku sampai pada akhir pergumulan batin ini dan dapat membuat hati dan jiwaku meninggalkanmu, maafkan aku. Bukan aku tak berusaha keras. Bukan aku tak memiliki kesabaran. Juga bukan karena dirimu tak pantas. Hanya karena aku ingin melanjutkan hidupku dalam damai. Hanya karena aku telah sampai pada batas kesabaran dan batas kemampuanku untuk mencintaimu. Maaf. Sesal ini tak akan pernah menjadi sesuatu yang indah bagiku. Keputusan ini tak akan pernah menjadi mudah untukku. Selamanya...

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya