Senin, 08 Maret 2010

Bila Saja...


Aku ingin suatu hari nanti tak ada lagi pertentangan
Aku ingin suatu hari nanti tak ada lagi perbedaan
Aku ingin suatu hari nanti tak ada lagi kesedihan
Aku ingin suatu hari nanti hanya ada senyum dan bahagia
Adakah hari itu?

Terkadang aku merasa hilang di tengah-tengah hidupku sendiri. Hilang dan tak bisa menemukan diriku sendiri. Mencoba mencari, mencoba menemukan, tapi tak jua terlihat. Kucari lagi, lebih keras, namun yang ada malah rasa putus asa. Di mana-mana terlihat kosong dan hampa...

Tadi, saat aku melihatmu menangis. Sejenak aku seperti melihat cermin diriku di dirimu. Rasa sakit itu, rasa kecewa dan derita itu. Dan ketika dengan cepat kau seka airmatamu, tak ingin terlihat lemah di hadapanku, aku tertegun. Betapa piciknya aku ini tak pernah menyadari topeng ketegaran yang selama ini kau pakai. Bukankah kita semua pernah mengenakan topeng yang sama? Bukankah kita semua seperti dirimu, berusaha tertawa dan tersenyum dengan sisa harapan yang ada?

Aku adalah kau. Kau adalah aku. Karena itukah, sakitmu bisa kurasakan? Karena itukah airmatamu tadi mengiris hatiku yang juga penuh dengan bekas luka ini? Meski kita belum lama saling mengenal. Meski tak ada ikatan darah yang mempertegas kesamaan rasa ini. Ya, tanpa kau dan aku sadari, kita tak pernah terpisah. Terikat pada sebuah benang tipis abadi yang selamanya ada di sana.

Rasanya seperti seorang lemah yang tak berdaya mengubah apa yang tak kuinginkan dan apa yang tak kau inginkan. Membalikkan nyata menjadi sama seperti impian yang kita rajut dengan susah payah. Tiap kali aku coba untuk hembuskan napas pengharapan dari setiap kata yang kutujukan padamu, juga sejuta cinta agar kau tetap kuat dan selamanya tegar. Tapi sesungguhnya, aku takut. Takut bila suatu hari nanti kau tak lagi meletakkan percayamu padamu. Dan bila jalan impian ini terlalu panjang untuk batas kesabaranmu. Bagaimana bila kau terpuruk lagi, selamanya melepas harap dan mimpimu?

Bila saja ada nyanyian hati yang tak pernah berakhir
Bila saja ada bahagia yang tak pernah berubah wajah
Bila saja ada senyum abadi di wajahmu, di wajahku, di wajah kita
Dan bila saja selalu ada cukup cinta untukmu, untukku, untuk kita semua
Sehingga tak ada lagi airmata dan perih yang pernah singgah...


Photo Link:Google

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya