Sabtu, 19 Juni 2010

Andai Aku Seekor Elang...


Andai aku seekor elang, akan kukepakkan sayapku ini sekuat yang aku bisa. Saat amarah menguasai dan membungkam semua kata yang telah berbaris, memaksa untuk mendobrak kebisuan yang memuakkan ini. Biar saja kubawa pergi semua ketidaksetujuanku akan sikapmu. Dan saat aku menggapai angkasa bebas itu, akan kuteriakkan amarahku. Biar dia lepas ditelan udara kosong dan tak bersisa meninggalkan goresan luka di dirimu dan juga di diriku ini. Karena bukan itu yang kumau. Bukan luka di sana atau di sini. Bukan. Aku hanya ingin didengarkan sebagai makhluk yang punya harga diri.

Tapi tidak seperti itu adanya. Aku bukan elang. Tapi seandainya pun aku elang, sayap-sayapku ini telah melemah termakan janji diri. Hanya bisa kutelan semua amarah, meracuni diriku sendiri. Membuatku sesak dan sekarat, tanpa kau sadari. Ataukah selama ini kau mengira diriku sekuat elang, karena sorot mataku tajam tak pernah membiarkan perihku terlihat? Atau karena kedua kakiku yang terlihat kokoh karena selalu kupaksa meredam gemetar yang ada? Atau karena selalu kutegakkan kepalaku meski hatiku remuk redam?

Aku bukan elang. Tapi saat ini aku ingin menjadi seekor elang. Terbang jauh ke dunia antah berantah, di mana tak ada satupun makhluk yang kukenal dan mengenalku. Biar tak ada masa yang mengikuti kepakan sayapku. Biar tak perlu basa dan basi menjadi topeng diri. Biar semua rasa ini bisa terurai dalam sapuan angin. Dan bila aku akhirnya lelah, akan kucari sebuah persinggahan, untuk sejenak berhenti. Sendiri dalam keheningan. Mencoba berteman dengannya dalam kepasrahan bukan keterpaksaan.

Akh... Andai aku seekor elang...

Photo link: google

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya