Jumat, 05 Februari 2010

Tak Tersentuh....


Dulu kukira tanganku dapat menyentuh langit
Saat coba kugapai, aku baru sadar
Ternyata langit selalu tampak begitu dekat
Namun selamanya tak tersentuh
Itu yang kini kurasakan tentangmu
Selamanya tak tersentuh....


Saat aku membuatmu jatuh cinta padaku, kukira ini akan menjadi sebuah permainan yang menarik. Melihat binar di matamu, melihat pipimu yang merona ketika sengaja kutatap tanpa kedip... Melihat kau tertunduk malu dan kemudian mencuri pandang lagi dengan penuh harap...

Saat itu duniamu seakan menjadi milikku. Aku yang menuangkan warna duniamu. Aku yang melukis gambar duniamu. Duniamu lahir dari sapuan kuasku. Duniamu ada di dalam tangan, hasrat dan kehendakku. Aku dapat membuat duniamu seindah surga dengan bahagia yang tak berakhir. Aku juga dapat meniupkan keresahan, kebimbangan dan sedih di sana. Semua, tentang duniamu adalah milikku.

Saat aku membuatmu jatuh cinta, kupikir akulah pemenangnya. Kupikir setelah kuhisap manis cintamu, aku dapat terbang ke manapun aku suka. Tak melekat. Kupikir setelah waktu berlalu, seperti itu jugalah bayangmu dan namamu akan berlalu. Karena ini cintamu, bukan cintaku. Ini pengorbananmu, bukan pengorbananku. Ini kerelaanmu, bukan kerelaanku.

Tak pernah kukira, cinta yang lahir itu, yang kukira hanya lahir di dirimu, kini mengikat dan menjeratku. Membuat aku terpenjara dan menjadi tawanan atasnya. Membuat aku bukan milikku lagi. Membuat aku bukan diriku lagi... Sungguh, tak pernah kukira cinta itu kemudian tak pernah mau pergi. Tak pernah kukira kini cinta itu melekat kuat padaku. Dan tak pernah kukira, hatiku tak pernah rela mengijinkan manis itu berakhir. Manis itu kini akhirnya menjadi candu jiwaku yang membuatku tenggelam dalam kubangan cinta. Kubangan cintaku untukmu. Bukan cintamu untukku...

Saat aku membuatmu jatuh cinta, tak pernah terlintas olehku kalau aku akan menjadi korban cinta ini juga. Kini aku yang terpesona akan dirimu. Tergila-gila. Terikat. Teracuni. Kubiarkan duniaku jatuh ke tanganmu. Kini kaulah sang pelukis yang melukiskan indah dan suram duniaku. Senyummu menjadi bahagia tak berakhirku. Dan gelengan kepalamu, ketidaksetujuanmu, menjadi derita tak berujungku. Cinta ini menjadi anugerah sekaligus kutukan bagi hidupku. Karena dari seorang penguasa kini aku menjadi seorang tawanan.

Saat aku membuatmu jatuh cinta, aku mengira kau dapat kuraih dan kugapai dengan mudah. Namun kini ketika kau membuatku jatuh cinta, aku baru tersadar. Kau bagai langit di atas sana, kau begitu dekat namun selamanya tak dapat kusentuh. Cinta ini kini membuatku merana...

Photo Link: http://images.google.co.id

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya