Hari ini aku bangun dan menemukan doa-mu di sana. Doa yang sarat akan jeritan hati dan sisa-sisa harapan.
Aku tahu rasa itu. Aku pernah memiliki rasa yang sama. Rasa yang membelenggu, membuatku susah bernapas dan menghisap habis sisa-sisa tenaga dan harapan yang ada. Pasti sulit untukmu melewati detik demi detik yang ada. Berjuang untuk sesuatu yang kau sendiri tak tahu, berjalan ke arah yang kau sendiri tak lihat. Tapi tanganmu terus berusaha menggapai ke atas, berharap Dia selalu menuntunmu, mengarahkanmu ke arah yang benar. Dan suatu hari nanti bisa sampai ke tujuan yang sebenarnya.
Seandainya aku punya kuasa mengubah yang gelap menjadi terang, akan kukirimkan cahaya itu untukmu sekarang juga. Biar sinarnya membuat segalanya jelas bagimu. Hingga langkahmu pasti dan tujuan itu terlihat dari sini.
Pernahkah aku bercerita padamu asalnya gelap? Dia adalah bagian dari terang juga. Terang-lah yang menciptakannya, untuk mengenal dan merasakan kembali dirinya sendiri. Karena dengan adanya gelap, terang baru dapat melihat dirinya yang seutuhnya, terangnya, yang memberikan cahaya ketika kegelapan datang.
Terang itu akan datang. Pasti. Kau hanya harus menunggunya dalam iman-mu. Jangan pernah meragukan itu. Karena aku sangat mengenal-nya. Ia selalu datang pada waktunya, tak pernah membiarkan kegelapan menghancurkan siapa saja yang percaya kepadanya.
Hidup ini memang susah untuk dimengerti. Kadang membuat kita jungkir balik. Menyiksa dengan segala cara yang paling kejam. Dan seakan-akan tak punya belas kasihan yang tersisa. Memaksa kita untuk berputus asa padanya dan berpikir apakah harus membuat pilihan untuk berhenti. Tapi di saat lain, ia menawarkan begitu banyak bahagia dan kesenangan. Yang bagai candu, kadang membuat kita lupa diri, melayang tinggi ke awang-awang, tak ingin menjejak kaki lagi pada apa yang disebut kenyataan.
Tapi aku mencintainya. Mencintai hidup ini. Bukan manisnya, tapi juga pahitnya. Karena hidup inilah yang membentuk aku menjadi aku yang sekarang ini. Dengan segala bekas luka yang tak akan pernah hilang, dengan rasa manis yang tak akan kulupakan. Ada yang menyebut bekas luka itu borok. Tapi aku lebih suka menyebutnya kelam. Kelam yang tak harus kukutuk. Kelam yang membawaku untuk mengerti kebenaran yang sesungguhnya. Bagaimana mungkin aku mengutuk kelam hidupku, bila hanya dengan melalui kelam itu baru aku bisa tahu apa kebenaran sejati itu? Bukankah harusnya aku berterima kasih padanya? Berterima kasih untuk telah menjatuhkanku dan memberiku pencerahan akan hidup ini?
Siapa dirimu, kau-lah yang paling tahu. Bila ada cinta di hatimu, kau tak semestinya disesali. Masa lalu tidak memiliki hak untuk menyatakan siapa dirimu. Mereka hanyalah pengalaman atas dirimu sendiri. Apapun yang pernah kau lakukan atau lewati, tak akan mengurangi arti dirimu sendiri di mata Tuhan. Juga di mataku. Ingat itu.
Kita bagai sebuah pohon. Lahir dari tunas, bertumbuh besar. Memunculkan ranting-ranting dan cabang. Daun-daun yang hijau serta berbunga pada saatnya. Namun ketika saatnya tiba, daun-daun akan menguning dan jatuh. Bunga-bunga tak lagi mekar, layu. Dan pada saatnya semua daun akan rontok, meninggalkan pohon dalam keadaan telanjang. Apakah itu akhir? Tidak. Daun-daun baru akan bermunculan lagi. Cabang-cabang baru akan tumbuh. Bunga-bunga akan mekar lagi. Kalau saatnya tiba. Hanya ketika saatnya tiba.
Pohon dalam keadaan apapun tidak akan mengurangi nilainya sebagai pohon. Proses itu mesti dilewatinya, karena itulah proses kehidupannya. Kita pun sama. Ada saatnya kita menangis, jatuh terpuruk, berusaha bangun lagi, dan lalu mekar pada saatnya nanti.
Taruhlah iman akan pohonmu. Akan dirimu. Semua ini proses kehidupan.
Ketika kau jatuh, jangan berputus asa. Ini hanya suatu keadaan sementara. Ketika kau bangun dan berdiri kokoh dengan bangganya, jangan terlena. Ini pun hanya sementara. Tidak ada yang abadi. Tidak ada yang kekal. Semua ini harus kau lewati untuk memenuhi kodrat-mu sebagai manusia. Yang perlu kau lakukan hanyalah, berjalanlah terus dengan iman-mu. Berjalanlah... Suatu hari nanti kau akan sampai di tujuan. Aku pun demikian adanya.
Teman, untuk kau tahu. Aku pun sama dengan dirimu. Aku pun punya jeritan hati. Aku pun punya harapan-harapan yang kutiupkan setiap saat ke atas, berharap bisa sampai ke tangan-Nya. Karena itu, genggamlah tanganku, biar kita berjalan bersama di atas panggung yang bernama kehidupan ini. Karena dengan bergandengan, kita akan lebih kuat. Langkah kita akan lebih ringan.
Saat kau jatuh, aku akan membantumu bangkit kembali. Saat kepalamu tertunduk letih, beristirahatlah di pundakku. Aku akan selalu ada di sisimu, karena ini lah arti persahabatan kita. Aku pun sama, akan memintamu selalu menemaniku di langkahku. Meski kau di sana dan aku di sini, tapi kau selalu ada dalam hati, doa dan hidupku.
Selamat Ulang Tahun. God Bless You Always...
You are so Beautiful ....
BalasHapusGod create us all beautiful. So, thanks to you to see my beauty...hehehe ;-p
BalasHapus