Minggu, 16 Agustus 2009

Cinta Oh Cinta...



Duduk di sini, saat ini, tiba-tiba memikirkanmu. Atmosfer sekitar seakan-akan berubah. Aku bak diterbangkan dalam alam khayal masa lalu bersamamu. Rasa itu, suasana itu... Begitu akrab rasanya. Begitu jelas, menyentuh seluruh urat-urat syaraf ingatanku. Mengalir dengan begitu lancar, menghadirkan sosokmu kembali yang utuh.

Bak seorang bocah yang baru saja menemukan 'super hero', itulah diriku ketika pertama kali melihatmu. My hero... Walau aku tak bisa menjelaskan dalam kata, apalagi dalam logika mengapa kau bisa memperoleh gelar itu dalam hatiku. Apakah karena wajah tampanmu ataukah karena senyuman indahmu? Atau mungkin karena aura yang kau bawa setiap kau hadir, yang membuatku terpesona dalam hening?

Kau memiliki senyuman terindah di ingatanku. Senyuman yang mampu menyegarkan hati dan rasaku. Ketika senyuman itu kau bagikan untukku, hanya untukku seorang, aku bagai makhluk yang paling terbekati di alam semesta ini. Tak ingin menukar rasa itu dengan apapun jua.

Dan ketika jemarimu mengelus lembut rambutku, rasanya seperti menjadi kesayanganmu. Dan itu membuatku meledak dalam bahagia yang indah. Membuatku menjadi manusia tertolol di semesta ini, mematikan seluruh logika diriku tentangmu dan tentang segalanya.

Indahnya rasa itu. Memabukkan. Membuatku lupa akan segala yang nyata di hadapanku. Tak ingin bangun dari mimpi indah, membiarkan diri tertidur abadi dalam dunia khayalku. Berakting bak putri tidur yang menunggu sang pangeran datang mengecupku untuk meniupkan napas kehidupan yang baru.

Kembali ke alam sadarku, aku tersenyum, ingat aku yang dulu. Begitu polos. Begitu serius memaknai rasaku. Begitu naif... Aku tak mampu menahan geli. Ingat wajah dunguku dulu. Ingat khayalan kosongku dulu. Ingat pada airmata tak berguna yang kuteteskan untuk sesuatu yang kini bahkan terasa sangat tak penting.

Cinta oh cinta...

Photo Link: http://s140.photobucket.com/albums/r29/mccurleyq/?action=view&current=Remembrance_by_minymooncr.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya