Jumat, 19 Februari 2010

Tinggal Separuh Sayap...


Di suatu masa, kita pernah duduk bersama, membuka kotak mimpi masing-masing, saling memamerkan, saling mengagumi dan saling berbagi. Pernah kita tertawa bersama, kita tak saling setuju, kita saling menghibur, kita bernyanyi bersama, kita saling diam sejenak... Tapi pada masa itu kita telah berjanji tanpa kata, berjanji dengan sorot mata dan bahasa kalbu bahwa kita akan selalu bersama-sama selama napas masih ada.

Di kala itu, kau merangkulku bak pasangan jiwa yang selama ini hilang dan telah kau temukan kembali. Oh, indahnya duniaku kala itu... Tak ada yang lebih serasi seperti kita berdua. Tak ada yang lebih menyelami isi hatimu seperti diriku. Dan tak ada yang bisa memiliki rasa, mimpi dan hasrat yang begitu sama seperti diriku. Hanya engkau seorang. Kita adalah sayap-sayap malaikat. Aku dan kau harus selalu bersama agar malaikat itu dapat terbang...

Kini, hanya ada aku di sini. Tanpa ada kau di sini. Hanya ada diriku. Tak ada dirimu lagi. Kau tahu aku di mana, namun enggan kau cari. Rinduku mengetuk, namun enggan kujawab. Kini bukan kala itu. Aku bukan aku lagi. Begitupun kau bukan kau lagi. Namun masa yang lalu, bayanganmu, kenangan itu, potret diri kita di sana, semua masih sama. Tetap sama, tak pernah berubah. Senyum kita, suara tawa kita, dan rasa kita dulu... Namun sayang, semua itu tersimpan di sana, di masa lalu. Tak bisa dan tak mau melangkah ke sini...

Dan sungguh kasihan, malaikat itu kini tak mampu terbang lagi. Separuh sayapnya telah hilang...

Photo link: http://images.google.com.my

2 komentar:

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya