Rabu, 02 Juni 2010

Cinta Yang Samakah?


Apakah kita bicara tentang cinta yang sama? Seperti apakah cintamu? Cinta tanpa batas dan syarat? Ataukah cinta yang hanya kebetulan juga bernama cinta, namun tak punya sayap untuk terbang bebas? Yang selalu dibalut dengan ikatan yang menyesakkan. Dengan berjuta alasan atas nama kebahagiaan yang tak pernah berwujud nyata. Hanya ada dalam impian yang terasa semakin mengabur. Ditemani harap yang tinggal memiliki napas satu-satu...

Tak tahu apakah telah mati ketika masih hidup. Ataukah berharap tetap hidup dalam kematian. Dan begitu tragisnya, tak tahu menghitung tahun, bulan, hari, ataukah jam, menit atau detik... Kau tetap tak punya secuil keberanian membebaskan cintamu. Melihatnya terbang bebas. Tersenyum. Bahagia. Merelakan bahagia mengisi seluruh relung jiwanya. Meski mungkin bahagianya tak menyisakan tempat untukmu. Atau mungkin masih ada tempat di sana? Siapa yang dapat menjawabnya? Kau? Aku tidak...

Jadi, apakah kita bicara tentang cinta yang sama? Karena telah kubuka ikatan pada sayap cintaku. Kini kulihat dia terbang bebas. Sebebas jiwaku kini. Dan bila mati mendekat atau hidup berulang, tak akan ada perbedaan apapun bagiku.

Karena setidaknya aku telah pernah bahagia..

Photo Link: google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya