Senin, 14 Desember 2009

Dear My Friend (2)


Berapa tahun telah berlalu? Dua belas? Sepertinya... Sejak terakhir pertemuan kita yang tak indah itu. Aku masih ingat hari itu ketika kita menghabiskan waktu berdua dengan berbagi cerita. Tak pernah menyangka itu hari terakhir aku melihatmu. Bila seandainya saja aku tahu, mungkin tak akan rela aku membiarkanmu melangkah pergi.

Kau tak selalu ada, tak selalu hadir. Tapi kau selalu kembali. Aku ingat tak peduli berapa lama jeda waktu yang tercipta di antara kita, kau pasti kembali lagi. Dan aku tak pernah menunggumu pulang karena aku begitu yakin kau pasti akan selalu pulang. Di sini, di sampingku, menjadi seorang sahabat yang sangat berarti bagiku.

Kita selalu punya cerita untuk dibagi. Bukan cerita yang istimewa, juga bukan rahasia diri yang tak terucapkan pada orang lain. Hanya cerita-cerita sederhana, tentang keseharianku dan keseharianmu. Namun rasanya, dirimu bak seorang karib yang telah jutaan tahun bersama. Selalu ada tawa dan canda kau bagi, membuat hidupku yang gersang sedikit berwarna. Di sanalah letak keindahan persahabatan kita, dalam kesederhaan kebersamaan kita.

Suatu hari aku tersadar bahwa waktu telah berlalu terlalu lama dan kau tak juga kembali... Seakan dibangunkan dari mimpi indah dan harus melihat kenyataan yang menyakitkan. Di mana dirimu kini? Sedang apa? Bagaimana kabarmu? Baik-baik sajakah? Aku ingin tahu. Aku ingin melihatmu lagi. Aku ingin mendengar suaramu berbagi cerita lagi. Dan juga begitu banyak cerita hidupku yang ingin kusampaikan padamu.

Seandainya kau tahu, aku telah banyak berubah. Diriku dan hidupku ini. Aku kini lebih banyak tersenyum dan tertawa. Hidupku kini dikelilingi banyak orang-orang yang menyayangiku. Sahabat-sahabat yang menemani langkahku yang terkadang masih goyah. Seperti yang dulu sering kau lakukan untukku. Mungkin kau sendiri tak menyadarinya. Namun meskipun kini banyak yang menggantikan tempatmu, namun sosokmu sendiri tak pernah sirna dari kenangan masa silam. Selalu ada di sana. Selalu hidup, tak pernah lekang dimakan waktu atau jarak.

Sepanjang perjalanan hidup yang berliku ini, kerap kali di saat aku sendiri, aku teringat akan dirimu. Kerap kali ada kesedihan menyusup, bertanya pada diri mengapa bisa kehilangan jejakmu. Dan selalu ada seuntai doa, menitip pesan kepada yang Di Atas sana, meminta-Nya untuk mempertemukan kita kembali. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu kini. Dan bila akhirnya aku tahu kau baik-baik saja, semua beban kekhawatiranku akan lepas dari diri ini.

Hari ini menemukanmu kembali. Tak bisa kutahan senyumku, bahagiaku... Melihat dirimu dan kehidupanmu kini dari mataku yang buram karena menahan airmata yang muncul karena hatiku yang dipenuhi rasa syukur. Terima kasih Tuhan... Setelah begitu lama penantianku yang serasa tak berujung ini. Kau kini begitu berbeda. Tapi aku tetap menemukan mata yang sama itu. Mata yang dulu sering bersinar jenaka. Kau kelihatan baik-baik saja. Bukan, harusnya kau lebih dari sekedar baik-baik saja. Kau sepertinya telah punya kehidupan bahagia di sana. Teman, aku ikut bahagia untukmu.

Teman, hidup ini tak pernah menjadi terlalu panjang. Membuatku mensyukuri setiap langkah yang kuayun. Juga orang-orang yang pernah datang menemaniku. Dirimu, jejak langkahmu, tak pernah aku lupakan. Selalu membekas, terkadang menjadi sebuah semangat ketika aku tengah jatuh. Terkadang menjadi sebuah penghiburan ketika aku tengah berduka. Tak ada kata yang bisa kuucapkan untuk melukiskan rasa hatiku ini. Sebelum waktu berlalu lagi dan mungkin membawamu pergi lagi, aku ingin mengucapkan terima kasihku padamu. Terima kasih, Teman... Terima kasih telah menjadi sahabatku dulu kala... Terima kasih telah membagikan senyum, tawa dan waktumu untukku...

Teman,
Kau bagai lantunan nada penghibur lara
Kau bagai sebuah tonggak yang kuat tempat kubersandar dan bangkit kembali
Kau bagai sepasang sepatu yang menemani langkah hidupku
Kau bagai matahari yang membagikan cahaya dalam kegelapan
Dan kadang kala di gelapnya malam, kau menjadi bintang kecil, yang begitu jauh di sana, kadang terlupakan olehku, namun kau selalu berkelip, mengirimkan pesan harapan bagiku...
Terima kasih...

Photo Link: http://www.crystalfloridaonline.com/images/spe429-C.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya