
Dulu aku kira cerita cinta dalam hidupku akan seperti cerita Cinderella. Aku, akan menjadi pangeran yang akan menemukan seorang gadis sederhana, baik hati dan lemah lembut yang akan menjadi puteri hatiku. Akan kulindungi dirinya dan kuberikan cintaku seutuhnya. Dan puteri-ku begitu memujaku, mencintaiku dengan sepenuh hati dan jiwanya. Dan akan bahagia selamanya.
Dan ketika kutemukan sosok itu padamu yang begitu memukau hatiku, menjadi pusat duniaku, segera kupinang dirimu. Manis. Hidup kala itu begitu manis. Dan aku menjadi pangeran sesungguhnya dalam dunia nyata, bukan lagi hanya sebuah angan dan mimpi.
Tapi waktu seakan begitu cepat berlalu. Perlahan-lahan bagian demi bagian lukisan itu memudar, menghilang, menyisakan sebuah lukisan nyata yang tak lagi terlihat indah. Bahkan terkadang tampak begitu menyedihkan, membuatku tak berhasrat lagi memandanginya. Mencoba melupakannya, menatap ke arah yang berbeda. Meski diriku masih berada di dalam lukisan itu sendiri. Tak pernah cukup keberanian diri untuk melangkah keluar dan meninggalkannya.
Kemarin ketika kau duduk di sampingku, aku menatapmu. Ada rasa asing yang menampakkan wajahnya padaku. Tapi juga ada sebuah wajah lain yang mengucapkan salam padaku. Wajah yang begitu kukenal. Wajah yang dulu sering datang menemani. Wajah kerinduan. Ya, kerinduanku akan dirimu. Baru kusadari begitu lama waktu telah berlalu, membawa jiwamu jauh dari jiwaku. Meski sosokmu masih ada di sini. Selalu di sini...
Di mana cinta itu, Sayang? Mengapa tak lagi terasa? Dan mengapa seakan tak berarti sedikitpun untukmu? Seakan kau hanya inginkan ragaku di sini. Meski jiwa dan rasaku telah terbang jauh, kau tak peduli. Tak pernah menjadi begitu penting lagi bagimu. Seakan bahagia itu hanya ada dalam selembar kertas jaminan hidup dan atap yang sama yang kita naungi. Aku sedih.
Aku tak lagi merasa menjadi seorang pangeran tampan yang hebat. Dan kau tak lagi terlihat indah seperti Cinderella-ku. Lalu harus kuapakan impian ini? Buang jauh dan lupakan? Tapi dia telah melekat kuat dalam hati dan jiwa ini. Melebur dalam kekecewaan dan hasrat yang semakin melemah.
Aku masih seorang pangeran dan kau masih menjadi puteri itu. Tapi hanya dalam lukisan sempurna tak nyata. Yang menjadi lukisan yang terpajang di dinding dunia. Yang hanya bisa terlihat sempurna di mata dunia. Namun ketika mata hati ini menatapnya, bagian-bagian indahnya telah luntur menyisakan warna pudar. Tapi tak pernah mampu kubuang lukisan lama yang telah tergantung bertahun-tahun itu. Hanya karena dunia. Dunia, yang selalu berbicara. Meski dia tak pernah sungguh-sungguh tahu dan mengerti tentang aku. Tentang kau. Tentang kita.
Dan di sinilah kita, memakai topeng pangeran dan puteri dengan wajah bahagia. Menutupi wajah kecewa dan sedih yang ada. Dan di sinilah kita, dalam panggung sandiwara yang mengisahkan kisah Cinderalla. Memerankan tokoh-tokoh penting dengan baik bak aktor kawakan. Menyimpan rapat-rapat semua sakit dan sedih selama raga masih berada di atas pentas. Dan berkubang dalam derita dengan wajah sempurna kebahagiaan...
Photo Link: http://www.google.co.id
cinta itu tak pernah berpura-pura..
BalasHapusYup, you are right... Banyak org bertahan dlm pernikahan meski cinta tak lagi ada, karena itu mereka harus berpura-pura...
BalasHapusnaskahnya jangan sinetron sabun colek yaa...
BalasHapusDeterjen aja, Lin... Sabun cair juga okeeeeh
BalasHapus