
Kau bicara tentang rasa yang sama. Tapi mampukah kau tuangkan rasamu dengan tepat dalam kata-kata? Mampukah kata-kata mewakili seluruh unsur dari rasamu itu, agar aku bisa tahu bahwa rasamu dan rasaku ini memang sama?
Tapi tahukah kau bila rasa itu tak pernah menjadi zat yang padat dan tetap? Ia selalu berubah wujud. Dan bila saat ini matamu melihatnya dalam wujudnya yang sekarang, tahukah kau bila esok mungkin wujud itu tak akan kau temukan lagi di sana? Akankah kau mengerti, ataukah kau akan mengutuknya, merasa telah terperangkap dalam wajah palsunya?
Tak penting apakah rasaku ini, karena akupun tak dapat menaruh seluruh kepercayaan hati padanya. Bukan tak berani. Bukan tak yakin. Bukan. Tapi karena aku begitu mengenalnya. Mengenal rasaku. Rasaku yang selalu berubah wujud dalam hitungan waktu. Karena itulah hakikat dirinya, yang sesungguhnya.
Jadi bila kau tanyakan apakah rasa kita sama, aku tak punya jawabnya. Karena mungkin saat ini mereka, rasaku dan rasamu, menampakkan wajah yang sama. Namun nanti, esok atau lusa, mungkin mereka tampak sama sekali berbeda. Mungkin... Mungkin juga tidak...
Jadi biarlah rasa itu menjadi rasamu. Dan rasa ini menjadi rasaku. Tak perlu kita tanyakan atau bicarakan. Biarlah ia menjadi seperti hakikatnya. Bebas, tak terikat. Karena ikatan hanya akan membuatnya kehilangan kemurnian wajah dan dirinya...
Dan bila memang rasa kita ini sama, biarlah mereka menari bersama untuk saat ini...
Photo Link: http://www.google.co.id
kayaknya rasanya sama deh
BalasHapus*ama sapaa?? nyebuutt... nyebuutt...*
sapa hayoooooo?????
BalasHapus