Selasa, 26 Mei 2009

Finally...

Akhirnya... Setelah dua hari browsing dan mempelajari cara pembuatan blog, terlahir lah blog-ku yang pertama dengan nama Sunshine pada hari ini, Selasa, 26 May 2009, tepatnya pada pukul 15.31 WIB... Harusnya ada segelas champagne untuk merayakannya..hehehe...

Berawal dari 2 tahun lalu seorang teman yang mengetahui kesukaanku pada menulis, menyarankanku untuk membuat blog sendiri. Aku bahkan telah membeli sebuah buku tentang itu di gramedia, yang hingga hari ini aku sendiri tidak tahu apa isinya. Buku itu belum aku sentuh sama sekali dan kini entah raib kemana.

Kemudian dua hari yang lalu ketika aku bertandang ke apartemen Jimmy, sahabat baikku, dia bercerita tentang blog adik sepupunya yang hampir menyabet miss Malaysia. Dia menunjukkan blog tersebut dan menyuruhku untuk mencari blog-blog yang lain, untuk membaca banyak kisah menarik. Katanya, "Daripada menghabiskan waktu dengan facebook..." Maklumlah, beliau bukan seorang penggemar facebook.

Miss entah siapa namanya (maaf, aku lupa) menulis tentang banyak hal di dalam. Tulisannya ringan, blak-blakan, kadang terasa agak pedas dan sedikit kurang ajar, dikarenakan bahasa yang digunakannya. Tapi di samping semua itu, aku rasa itulah ekspresi terjujur dari dirinya. Lagipula itu adalah blog-nya sendiri, kalau dalam blog sendiri pun kita tidak bisa menjadi diri kita apa adanya, aku rasa percuma memiliki sebuah blog.

Aku jadi iri padanya. Dia memiliki sesuatu, kesempatan berbagi cerita kehidupan, hasrat, kekecewaan dan segalanya pada dunia. Dunianya begitu polos dan begitu indah terlihat. Seharusnya seperti itulah dunia itu, menurutku.

Dan di sinilah aku, memulai tulisan pertamaku. Rasanya begitu lega seakan baru dibebaskan dari sesuatu...

Aku sangat suka menulis, sejak es em pe dulu. Dengan segudang khayalan akan segala macam kehidupan, aku selalu rajin menuangkannya dalam cerita di halaman-halaman terakhir buku-buku sekolahku. Kemudian aku tertarik mengirimkan cerita-cerita pendekku ke majalah-majalah seperti yang selalu dilakukan Winning, temanku dari Bali itu. Tulisan-tulisannya sudah sering masuk ke majalah Anita. Tapi aku sering merasa minder dan tidak berbakat. Apalagi setelah dua tahun lewat tanpa hasil sama sekali. Aku tidak pernah menyertakan prangko balasan dalam naskah-naskah yang kukirimkan, karena aku berpikir kalau sudah ditolak lebih baik jika tidak tahu akan hal itu. Aku tidak siap akan penolakan.

Lalu suatu hari kakakku membawa sebuah majalah remaja keluaran dari Aneka Ria, aku lupa nama majalah itu. Waktu itu lagu Memes, Terlanjur Sayang sedang ngetop-ngetopnya. Dan di dalam majalah itu ada sebuah cerita berjudul "Terlanjur Sayang" dengan nama penulis di bawahnya. Namaku. Saat itu seperti diterbangkan ke langit ke tujuh tanpa sayap. Bahagia sekali. Setelah sekian lama dalam keputusasaan dan tekanan Ibuku tercinta yang tak pernah mengerti hasrat menulisku, akhirnya aku bisa membuktikan bahwa aku mampu juga menulis sebuah cerita. Apalagi dengan honor pertama ku tujuh puluh lima ribu rupiah yang lumayan buat dibelanjakan. Maklumlah dulu keluarga kami termasuk miskin.

Itu awal dari serangkaian cerpen-cerpenku lainnya yang diterbitkan majalah-majalah remaja seperti Gadis, Aneka Ria, Anita Cemerlang. Lalu di sekolah aku mulai terkenal sebagai penulis muda. Setiap ada lomba penulisan makalah, guru bahasa Suster Paulina akan segera memanggilku. Sebagai dispensasi dari kelebihan itu, aku tak pernah khawatir akan nilai Bahasa Indonesia-ku. Karena beliau akan selalu rela memberiku angka delapan meski aku tak pernah menyimak pelajaran itu.

Penghargaan yang terbesar yang pernah aku dapat dari mengikuti lomba menulis adalah juara dua sekotamadya Ujung Pandang, waktu itu kalau tidak salah lomba itu diadakan oleh perhimpunan wartawan. Namaku masuk ke koran dan itu sangat membanggakan Ibuku, yang memamerkan koran itu ke mana-mana dan mengakui keberadaanku sebagai Anaknya. Hubungan kami memang agak sulit dan rumit. Akan kuceritakan di lain kisah.

Kapan aku mulai berhenti menulis? Mungkin ketika aku menginjak bangku kuliah. Ketika masa muda menyibukkanku dengan segala macam masalah dan pergaulan. Ketika aku kehilangan arah dan tidak punya tempat untuk mengadu ataupun berpegang. Itu merupakan masa-masa perjuanganku yang sangat-sangat berat, awal pembentukan diriku menjadi seseorang. Pencarian jati diri itu tidak mudah, apalagi ditambah dengan tidak adanya dukungan moril dari manapun. Hari-hari yang aku lewati sangat kacau dan terasa pahit. Pelan-pelan impianku tergeser oleh kerasnya kenyataan akan hidup ini. Aku bahkan tidak berani berkhayal lagi.

Sembilan tahun lalu aku menginjakkan kakiku di Jakarta ini. Itulah awal dari segala perubahan dalam hidupku.

Aku berhenti menulis sudah sangat lama. Bahkan pena dan jariku rasanya tidak mau lagi bersahabat denganku. Tiap kali aku terpikir untuk menulis dan mencoba menuangkan sebentuk ide atau perasaanku, semua itu hanya bertahan dalam hitungan detik. Dan akhirnya aku pasrah dan memasabodohkan hal ini. Tapi jujur, tak bisa kuingkari, selalu ada pertanyaan yang sama dalam hatiku. Selalu ada rasa bersalah yang sama. Seakan aku telah berhutang pada hatiku bertahun-tahun lamanya. Dan ia selalu datang menagihku di saat nuraniku mampu berbicara.

Kapan jadi penulis?

Dan setiap kali, seperti biasa, aku akan mulai menyusun daftar yang berisi alasan-alasan mengapa aku tak bisa menjadi penulis saat ini. Belum ada waktu selalu berada di urutan pertama dalam daftarku. Sekedar info, aku sekarang berbisnis bersama suamiku tercinta. Dan bisnis itu memang kadangkala begitu menyibukkanku. Tapi juga sering memberiku begitu banyak waktu luang yang selalu kusia-siakan. Lalu aku akan berkata pada hatiku, "Nanti. Suatu saat nanti. Kita pasti jadi penulis." Seperti menjanjikan sebuah harapan pada seorang anak kecil, untuk membujuknya diam. Tapi hatiku tak pernah mau diam. Selalu menggangguku dengan rasa bersalah yang sama.

Karena itu, Thanks God! Hari ini aku berada di sini, menulis sesuatu. Walau mungkin hanya tulisan ringan tak berarti, but finally!!! Aku menulis juga. Inilah awalnya. Alfa, kata seorang teman. Dan thanks to me! Akhirnya mau mengendurkan ego, rasa takut dan ke-masabodohanku sendiri untuk berada di sini sekarang. I'm great!! Hahaha....

2 komentar:

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya