Jumat, 29 Mei 2009

Hai


Hai,
Apa kabarmu hari ini? Aku harap kau baik-baik saja. Tidak... Aku berharap kau lebih dari baik-baik saja. Aku berharap hari ini kau merasa lebih dari baik-baik saja, hebat, bahagia...
Sedang apa? Sibuk? Tampaknya seperti itu karena akhir-akhir ini aku tak pernah mendengar kabar darimu lagi.

Akhir-akhir ini aku selalu gelisah. Memikirkanmu. Entah mengapa. Di manapun aku berada, aku selalu memikirkanmu. Bayanganmu menyusup di dalam semua celah pikiranku. Tak pernah mau pergi. Aku sudah melakukan begitu banyak cara pengalihan. Tapi tetap saja tak pernah berhasil. Membuatku semakin gundah.

Ingin rasanya memanggilmu. Ingin rasanya memberitahumu. Tapi aku selalu bertanya-tanya sendiri, apakah kau akan senang mendengar panggilanku? Bagaimana bila kau merasa terganggu dan tidak suka? Aku tak berani untuk mencari tahu tentang hal itu. Aku takut akan melukai hatiku yang rapuh ini...

Aku punya begitu banyak cerita untuk kubagi padamu. Seperti yang dulu biasa aku lakukan. Dan kau akan setia mendengarkanku. Cerita tentang luka hatiku, tentang kekecewaanku, tentang kebahagiaanku, tentang beberapa teman baru yang aku temui, tentang kegiatan baru yang sekarang aku lakukan, tentang betapa bersemangatnya aku menyongsong masa depan, tentang mimpi-mimpi aneh yang beberapa malam ini, tentang kemarin malam di china cafe, tentang hari ini aku seharian terkapar di ranjang, tentang hatiku yang tak tenang ini.....

Tapi aku tak tahu bagaimana membagikannya padamu. Kau tak pernah muncul. Aku menunggu dan menunggu. Mencoba bersabar. Mencoba berdendang di sela-sela waktu penantianku. Mencoba menguatkan keyakinanku sendiri bahwa suatu hari nanti kau akan datang. Mencoba percaya akan alasan kesibukanmu akhir-akhir ini. Dan juga mungkin mencoba membodohi diriku sendiri...

Aku merasa kau menjauhiku. Seakan ada batas yang kini kau rentangkan antara kita. Aku tak tahu apakah ini hanya pemikiranku sendiri karena kegalauan hatiku. Ataukah benar seperti ini adanya. Aku tak tahu. Aku tak pernah yakin akan segala sesuatunya akhir-akhir ini. Kau telah mengambil seluruh rasa percaya diriku dan keyakinanku pada diriku ini.

Bila memang kau menjauhiku, mengapa? Tolong jelaskan. Aku ingin tahu. Ingin tahu apa salah yang telah aku lakukan. Apakah aku tidak cukup berharga di matamu. Jangan diam saja. Jangan membiarkan kebisuan sekali lagi memisahkan kita...

Setiap pagi ketika aku membuka mataku untuk menghadapi hari yang baru lagi, selalu terlintas pertanyaan yang sama 'akankah kau mampir dalam hidupku hari ini?'

Aku berdoa, aku berharap, di sela harimu, bayangku akan mampu menembus waktu dan jarak dan singgah di sana. Tersenyum padamu, membuatmu ingat padaku. Setidaknya untuk mengingatkanmu bahwa aku ada. Aku masih di sini, menunggumu. Ingin berbagi denganmu, apapun itu. Juga kala kau merasa sendiri dan sepi memelukmu di gelapnya malam, aku berharap ada di sana, memberimu sebuah pelukan kehangatan untuk menguatkanmu. Karena kekuatanmu adalah kekuatan bagimu. Melihatmu bahagia adalah kebahagiaan bagiku.

Apakah kau bahagia?

Salam,
Aku
Yang merindukanmu

Photo Link: http://s140.photobucket.com/albums/r29/mccurleyq/?action=view&current=4a54c011484e9c61.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya