Senin, 05 Oktober 2009

Everything i do, i'll do it for you...


Sam menatap wajah gadis di hadapannya dengan penuh cinta. Sementara Tiara yang ditatap seperti itu, tampak gelisah.

"Katanya mau bicara? Ada apa?"

"Aku mau putus."

Deg! Senyum di wajah Sam menghilang. "Putus?" tanyanya seakan kata itu asing baginya. "Mengapa?"

"Aku tidak cinta lagi, Sam. Kalau diteruskan pun percuma."

Kalimat Tiara yang blak-blakan itu langsung menampar wajah Sam. Kini ada kesedihan di matanya. "Tapi kenapa, Ra? Aku sangat mencintaimu."

"Aku tahu. Tapi... Aku... Aku mencintai yang lain."

Seperti orang yang habis dikeroyok, babak belur hati Sam dibuatnya. Seakan harga dirinya diinjak begitu saja. Sam menatap gadis di hadapannya dengan tatapan tak percaya. Berapa tahun telah berlalu? Dua setengah? Tiga kayaknya. Dan sekarang gadis itu tiba-tiba mengatakan tak punya cinta untuknya. Apa yang salah?

"Tapi selama ini aku selalu berusaha membahagiakanmu. Apa yang tak kau sukai katakan padaku, biar aku ubah. Aku akan lakukan apa saja untukmu. Asal jangan minta putus. Aku terlalu mencintaimu, Ra. Aku tak akan mampu hidup tanpamu."

Kalimat Sam itu membuang habis semua sisa harga dirinya. Ia bahkan tak menyadari nada suaranya yang begitu memelas karena takut kehilangan orang yang begitu dicintainya. Dia bukan lagi berjuang atas nama cinta, tapi kini menjadi pengemis cinta.

Tiara menggeleng. "Aku tidak bisa, Sam. Aku mencintainya. Kami ingin bersama-sama."

Kami? Sam kembali terhenyak. Sejak kapan ada kami? Bukankah dari dulu hanya ada kita?

"Siapa dia?"

"Rico."

"Rico?" Mata Sam membelalak tak percaya. Nama itu terlalu santer di kampus. Sosok tampan yang selalu memiliki senyum memikat namun berhati buaya. Semua orang tahu. Bahkan Ibu penjual di kantin pun tahu akan hal itu. Mengapa Tiara bisa menjadi begitu bodoh?

"Tapi, kau tidak mungkin termakan rayuan Rico. Kau kan tahu siapa dia, playboy..."

"Jangan menghinanya, Sam! Aku tak suka!"

Apa??? Sam menelan ludah. Pahit terasa. Lebih pahit dari espresso di hadapannya.

"Rico mencintaiku dengan sungguh-sungguh. Apa yang kau dengar di luar, hanyalah gosip dari gadis-gadis yang cintanya tidak disambut Rico. Aku percaya padanya. Aku juga sangat mencintainya."

Melihat rona bahagia di wajah Tiara, terbang sudah sisa harap Sam. Ia menunduk, tak mampu berkata-kata lagi. Inilah akhir cerita indahnya. Dikhianti oleh cinta yang dipikirnya sejati.

"Maaf ya, Sam. Kita berteman saja, oke?"

Sam mengangkat kepalanya, dengan lemah menganggukkan kepalanya yang terasa pening. Matanya bahkan terasa panas. Ingin rasanya dia menangis untuk bidadarinya itu. Bidadari itu telah memilih untuk terbang ke lain hati. Yang begitu tega mencampakkannya...

Tiara membereskan barang-barangnya dengan tergesa. "Aku harus buru-buru. Aku ada janji dengan Rico. Duluan ya..."

Dan tanpa belas kasih sedikitpun gadis itu bangkit melenggang pergi dengan santainya, meninggalkan sepotong kisah cinta begitu saja, seakan tak berarti banyak untuknya.

Itu pertemuan Sam dan Tiara dua bulan yang lalu.

Hari ini mereka bertemu lagi di tempat yang sama, namun dalam suasana yang berbeda. Wajah Tiara mendung, airmata menggantung di pelupuk matanya.

"Kau benar, Sam. Rico ternyata laki-laki brengsek. Dia tak sungguh-sungguh mencintaiku. Aku bukan satu-satunya kekasihnya."

Sam sibuk menyodorkan tissue, ikut merasakan sakit hati Tiara.

"Dia tak sebaik dirimu, Sam. Aku menyesal telah memilih dia. Aku menyesal telah meninggalkanmu."

Hati Sam melambung, membengkak oleh bahagia. Tiba-tiba semua sakit hatinya karena dicampakkan Tiara dua bulan yang lalu menguap begitu saja. Ia telah lupa bagaimana gadis itu dengan mudahnya berpaling ke lain hati. Ia telah lupa saat harga dirinya dibuang dan diinjak begitu saja. Ia hanya melihat cintanya yang dulu hilang sedang terbang kembali menghampirinya. Begitupun dengan bidadarinya...

"Sam, kau masih cinta padaku?" tanya Tiara takut-takut.

Langsung dijawab Sam dengan anggukan kepala yang terlalu bersemangat. "Ya, Ra. Aku selalu cinta padamu. Cintaku tak akan pernah pudar."

Sebuah senyum Tiara mengembang perlahan. Meski airmatanya belum mengering, hatinya telah dipenuhi dengan kebahagiaan. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Sam, membiarkan Sam memeluknya. Inilah cinta sejatinya, menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya dan selalu bisa berkata: everything i do, i'll do it for you...

(So, what do you think, this is love or....?)

Photo Link:
http://media.photobucket.com/image/love/zang254/Love.png?o=91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

B'day Gift From My Buddy

Conversation With God (Book I Page 59-60)

Apakah rasa takut adalah yg kamu butuhkan utk menjadi, melakukan dan memiliki apa yg pd hakikatnya benar? Haruskah kamu diancam utk "menjadi baik?" Siapa yg berkuasa ttg itu? Siapa yg menentukan pedomannya? Siapa yg membuat aturannya?
Kukatakan hal ini kpdmu: Kamu adalah pembuat aturanmu sendiri. Kamu menentukan pedomannya. Dan kamu memutuskan seberapa baik telah kamu lakukan; seberapa baik sedang kamu lakukan. Karena kamu lah yg memutuskan Siapa & Apa Dirimu Sebenarnya-dan Diri Yg Kamu Cita-citakan. Dan kamu lah satu-satunya yg dapat menilai seberapa baik sedang kamu lakukan.
Tak ada org lain yg akan menghakimimu selamanya, karena mengapa, dan bagaimana Tuhan dapat menghakimi ciptaanNya sendiri dan menyebutnya buruk? Seandainya Aku ingin kamu menjadi dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, Aku pasti telah meninggalkanmu dalam keadaan benar-benar sempurna dari mana kamu datang. Seluruh maksud proses ini adalah agar kamu menemukan dirimu sendiri, menciptakan Dirimu, sebagaimana kamu sebenarnya - dan sebagaimana kamu inginkan sebenarnya. Namun, kamu tak dapat menjadi itu kalau kamu juga tidak memiliki pilihan untuk menjadi sesuatu yg lain.
Karena itu, apakah Aku seharusnya menghukummu karena membuat pilihan yang Aku sendiri telah letakkan di depanmu? Seandainya Aku tak menginginkanmu membuat pilihan kedua, mengapa Aku menciptakan pilihan yg lain daripada yg pertama?
Ini adalah pertanyaan yg harus kamu tanyakan kepada dirimu sendiri sebelum kamu memberi Aku peran sebagai Tuhan yg menghukum.
Jawaban langsung dr pertanyaanmu adalah ya, kamu boleh bertindak semaumu tanpa takut akan pembalasan. Namun, adalah berguna bagimu untuk menyadari konsekuensinya.
Konsekuensi adalah hasil. Akibat alamiah. Ini benar-benar tidak sama dengan pembalasan, atau hukuman. Akibat, sederhana saja. Akibat adalah apa yg berasal dari penerapan alamiah dari hukum alam. Akibat adalah apa yg terjadi, dengan dapat sungguh diprediksi, sebagai konsekuensi dari apa yg telah terjadi.
Semua kehidupan fisik berfungsi menurut hukum alam. Sekali kamu mengingat hukum ini, dan menerapkannya, kamu telah menguasai kehidupan pd tingkat fisik.
Apa yg tampak seperti hukuman bagimu - atau apa yg kamu sebut kejahatan, atau nasib buruk - tak lebih daripada hukum alam yg menyatakan dirinya